Jumat, 26 Desember 2008

999 Kebahagiaan Lain

Ada seorang temen saya yang lagi suka sama cowok. Tapi saya ngerasa rasa suka dia tuh udah ga sehat. Sms ga dijawab aja bisa langsung curhat sambil nangis-nangis. Kebetulan cowok yang dia suka itu kakak kelas yang tahun ini bakal lulus. Sebagai temen, saya gak mau dia tambah "parah" tahun depan disaat si cowok itu udah pergi. Apalagi kebetulan si cowo ini mau ngambil sekolah asrama yang gak bisa bebas pake alat komunikasi. Jujur, saya kasian sama temen saya itu, karena setiap hari selalu dihantui perasaan "takut". Akhirnya saya bilang ke temen saya, lo jangan lebay ah,rasa suka lo itu udah "gak sehat", bla...bla...bla...kalo dia ga di sini lo mau gimana dan sebagainya..

Dan dia bilang, tenang aja, "penopang hidup gue ga cuma dia, dia itu cuma 1/5 dari kebahagiaan gue." Hmm..oke,oke, saya cuma bilang bagus deh kalo gitu.

Tapi kata-kata dia menginspirasi saya waktu besoknya guru saya bertanya tentang "seseorang", "Rin, si ***** apa kabar? Masih komunikasi gak?" dengan nada "menggoda". Saya jawab, "Kadang, kalau ada hari besar." Terus dia bilang, "oh, kirain masih suka...." Kali ini dengan nada "menjebak". "Se-perseribu yang udah lewat, gak usah diinget-inget lagi kan?"

Abis itu saya baru sadar, kalo temen saya cuma punya 5 kebahagiaan, saya punya seribu kebahagiaan.

Cara ini cukup ampuh ternyata untuk ngelupain kenangan masa lalu yang menyenangkan (tapi menyedihkan kalo diinget). Mungkin mantan pacar, mungkin sahabat yang pernah jadi backstabber atau apapunlah. Dengan cara mengingat bahwa kita masih punya 1000 kebahagiaan. Kita bisa menomorakhirkan "perasaan-perasaan" kita terhadap kenangan masa lalu yang indah itu tanpa munafik bilang. "Sebenernya gue ga pernah sayang dia" atau "Sebenernya gue ga pernah seneng bareng dia". Artinya dalam cerita saya, saya mengakui kalau "seseorang" itu pernah bikin saya senang dan gembira. Tapi waktu dia pergi, bukan berarti saya jadi ga semangat. Karena dia cuma satu dari seribu kebahagiaan saya. Dan waktu dia udah gak ada lagi, bukan berarti saya langsung berubah jadi gadis pemurung. Karena saya masih punya sembilan ratus sembilan puluh sembilan kebahagiaan lain.

Hmm... tulisan itu saya buat sekitar 3 tahun yang lalu,waktu sekarang saya baca lagi, itu sederhana sekali bukan. Kita emang punya seribu kebahaagiaan, -dan itu bukan majas hiperbol-. Lebih dari setengahnya saya yakin belum kita temuin.

Inti dari tulisan saya itu tentang paradigma. Kadang penting juga lo mendoktrin otak-atau mungkin perasaan-. Kalo saya lagi sakit perut, saya bilang "ga sakit, ga sakit, ga sakit." Dan itu membantu. Lain kali, coba aja, waktu lagi belajar, bilang ke diri sendiri, "gue bisa, gue bisa, gue bisa." Kita harus mencoba sendiri kekuatan parandigma.

Dan lagi, kita seharusnya fokus pada apa yang kita punya, bukannya meratapi apa yang hilang dari kita. Kenapa kita harus menyesal dan meratapi 75 % energi yang sudah berubah bentuk, padahal kita masih punya 25 % energi potensial? Bersyukur. Manusia menjadi bahagia karena bersyukur. 

Dan belakangan ini saya pikir, karena Tuhan begitu baik, kalau Dia mengambil 1 kebahagiaan, pasti Dia ganti dengan seribu kebahagiaan, jadi kalo 1 kebahagiaan kita ilang, bukan sembilan ratus sembilan puluh sembilan kebahagiaan yang kita punya, tapi seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan kebahagiaan.

1 komentar:

  1. asiiik..

    eh baru sadar juga gue bahwa lo pakai 'saya' sebagai kata ganti orang pertama.. sama kita..

    BalasHapus