Minggu, 25 Juli 2010

West Coast Friendship




Mereka adalah teman-teman saya di tahun terakhir saya di SMA. Yang membuat saya kadang lupa pada tahun krusial yang sebenarnya tengah saya jalani. Sebagaimana kata-kata standar anak-anak SMA yang baru lulus, masa SMA terasa begitu singkat dan tidak terasa sudah kita lalui. Saya juga mau bilang itu, terutama pada kelas terakhir saya di SMA. Beberapa minggu lalu kami farewell di rumah Irham Khairin. Walaupun sayang juga karena ada beberapa yang tidak hadir, tapi saya sangat menikmati farewel itu. Kami menginap di rumah Irham pada malam final Piala Dunia 2010 dan nonton bareng pertandingannya. Hanya itu, hanya nonton bareng dan BBQ sebelumnya. 

Sebenarnya belum apa-apa saya sudah kangen kelas ini. Saya kangen belajar fisika bersama Pak Suryo dan West Coast, suara gitar Gicung dan Sekar, ledekan-ledekan ala West Coast yang selalu 'kurang ajar' sebenarnya tapi juga selalu sukses membuat tawa seisi kelas, yah, saya kangen semuanya. 

Saya mau bilang terima kasih, pada West Coast, XII IPA 4 Emperor, karena sudah membuat saya tidak berhenti tertawa dari jam tujuh pagi sampai setengah empat sore. Semoga sukses di tempat kita masing-masing nanti :))

Terima kasih banyak West Coast!!


P.S. : Din, Mud, Sab, Fan, Bas, Zah, thanks for coloring my high school day. I love you all dear.

Jumat, 09 Juli 2010

VIRUS

keliling - air liur - virion
tertusuk -pasrah - ya sudah
memangnya salah
tidak tahu - benar tidak mau
tolong jangan bilang-bilang
nanti aku malu

Sabtu, 26 Juni 2010

"Saya Merdeka dan Tidak Dijajah oleh Cinta Buta"

Pagi ini hujan, jas hujan dan payung warna-warni orang yang melintas menghiasi trotoar. Dua teman lama, bertemu lagi di kedai kopi. Dengan secangkir kopi dan sepiring wafel madu di hadapan mereka.
“Jadi,” Hamidah berkata setelah menyesap kopinya. “Kenapa?”
Yulia yang memang mengajak Hamidah untuk berjumpa lagi tersenyum kecil, “ini sesuatu yang susah dideskripsikan.”
“Kakek saya ilmuwan, ayah saya dokter, saya mencintai ilmu pasti. Makanya saya merasa segalanya bisa dijelaskan. Segala hal punya definisi.”
“Tapi ada beberapa hal yang lebih baik tidak kita ketahui definisinya, mungkin akan jadi terasa lebih sensasional ketika kita tidak tahu.”
Hamidah tersenyum kecil. “Silakan saja kalau ingin berbagi.”
Tentu saja Yulia tahu bagaimana insting Hamidah. “Patetis, saya merasa hilang kendali untuk hal ini. Saya merasa setir saya ada pada dia. Mungkin ini dependensi berlebihan yang saya tahu berbahaya, masalahnya saya tidak tahu bagaimana mengatasinya. Saya panik saat menyadari bahwa apapun perasaan ini jadi lebih complicated. Apalagi ketika menyadari bahwa ada beberapa poin dari dia yang perlahan berubah.” Dia terdiam lalu melanjutkan “Walaupun terlalu naif kalau kita menjajikan pribadi yang tidak akan berubah. Kita semua berkembang, kita berubah karena interaksi. Interaksi sosial yang berjalan otomatis. Yah, memang ada hal-hal alami yang tidak bisa kita ubah.”
“Dunia ini kan memang bukan plastisin, Yulia.”
“Saya ingin tahu Hamidah, apa menurut anda cinta punya makna ambigu? Atau justru indefinit?”
“Menurut saya, cinta itu universal, dan tidak sedangkal satu tangkai mawar, cinta itu rela menghisap ingus bayinya dengan mulut, cinta itu berani melawan senapan dengan bambu runcing, dan saya kurang yakin cinta butuh krim anti-aging.”
“Cinta bisa menjadi polydefinit, ingat, cinta juga bisa berarti kecocokan feromon. Tidak selamanya cinta itu indefinit. Saya penasaran, apa anda masih menyayanginya?”
“Iya. Yang definit itu kebersamaan, kebersamaan butuh alasan, tentu saja saya menyayanginya, tapi itu bukan alasan untuk sebuah kebersamaan.”
“Lalu?”
“Zona nyaman. Dan juga mungkin adiksi. Tahu kan, satu perasaan kehilangan kalau sedang tidak bersama-sama. Maka, ketika saya mulai bertanya-tanya kenapa fluktuasi hormon saya terasa selalu tinggi kalau bersamanya dan satu hari tanpa kebersamaan terasa seperti istirahat saya pikir saya tidak punya alasan lagi untuk sebuah kebersamaan.”
“Dan anda merealisasikan pikiran itu,” ujar Yulia.
“Mumpung kami belum punya anak dan harta kami belum banyak,” Hamidah menjawabnya dengan canda.
“Tapi kan kalian memang belum menikah,” Yulia tidak menganggapnya sebagai kelakar. “Saya selalu tahu bahwa mendefinisikan sesuatu bisa men-simplified segalanya. Mendefinisikan bisa berarti ‘membuat batasan’. Tahu kan kata-kata ‘kalau kau sedang bingung kembalilah ke definisi awal’, tapi saya ragu apakah ini memang hanya sekedar soal definisi mendefinisikan.”
“Ini soal apa yang didefinisikan, dalam hal ini tujuan atau bisa kita sebut, harapan, memangnya anda berharap ini semua akan berakhir pada apa? Pernikahan? Entahlah, tapi umur kita belum mencapai seperlima abad dan belum ada embel-embel gelar tanda lulus strata I pada nama kita.”
“Kita masih muda, labil dan punya banyak mimpi. Lalu? Lalu apa yang saya cari? Saya mengatakan bahwa dia masih zona nyaman saya disaat yang sama ketika apapun yang dia lakukan terasa menyebalkan. Dan saya tidak mengambil langkah seribu.”
“Tidak masalah kalau anda punya toleransi tinggi terhadap cita rasa, itu pilihan. Tapi punya konsekuensi. Apakah dengan kata lain anda mengatakan bahwa sebenarnya anda tersiksa?”
“Tidak, tentu saja tidak,” Yulia berkata dengan nada kelugasan yang perlahan turun sampai akhir kalimatnya.
“Sebenarnya anda sudah tahu apa yang harus anda lakukan. Saya percaya segala hal punya cara untuk dinikmati.”
“Apakah di saat seperti ini seharusnya saya jujur pada diri sendiri?”
“Tentu saja kapanpun kita harus jujur.”
“Sebenarnya saya hanya mengharapkan kebersamaan.”
“Kalau saya,” sergah Hamidah. “Tidak bisa menikmati kopi dengan gelas plastik.”

Jumat, 25 Juni 2010

Ulasan Buku Dan Brown

Dan Brown dikenal sebagai penulis novel-novel thriller best seller internasional. Ilmu pengetahuan, tradisi kuno dan perkumpulan rahasia menjadi topik-topik kesukaannya. Saya adalah pembaca karya-karyanya, Digital Fortress, novel pertamanya yang saya baca menumbuhkan kesukaan saya pada novel-novel thriller. Dan inilah review buku-bukunya (diurutkan sampai novel paling favorit).



5. DECEPTION POINT


“Berawal dari sebuah penemuan NASA di Milne Ice Shelf membawa Rachel Sexton, seorang analis NRO, ke tengah arctic bersama Michael Tolland seorang pembawa acara tv dan tiga orang lainnya untuk memverifikasi kebenaran penemuan NASA ini. Penemuan ini sangat berarti bagi NASA setelah berbagai kegagalan yang dicapai pada penemuan sebelumnya. Kegagalan NASA ini dimanfaatkan oleh Senator Sedgewick Sexton, kandidat calon presiden yang juga ayah Rachel Sexton sebagai kampanye untuk mengalahkan Presiden Zachary Henrey dalam pemilihan presiden yang akan dilangsungkan.
Tim verifikasi itu ternyata menemukan keganjilan pada penemuan NASA dan menemukan bahwa mereka menjadi sasaran Delta Force dan satu persatu titik muslihat itu mulai memudar.
Konspirasi tingkat tinggi dan penemuan mengejutkan mengenai kehidupan diluar sana kurang lebih itulah yang ditawarkan Dan Brown dalam buku ini.”
Buku ini buku Dan Brown yang tidak terlalu membuat saya keranjingan membaca. Entah karena saya tidak terlalu suka dengan topik politik yang diusungnya atau karena saya yang sudah mulai hafal dengan pola-pola penceritaan Brown, tapi sama saja, saya tetap merasakan sensasi seru dan puas setelah membacanya. Tidak ada buku Dan Brown yang tidak patut diacungi dua jempol.



4. THE LOST SYMBOL


"Perpaduan antara dendam pada keluarga Solomon dan keinginan buta untuk memiliki piramida kelompok persaudaraan Freemasonry menjadikan Mal’akh, tokoh antagonis dalam buku ini tampak seperti psikopat. Menyamar sebagai asisten Peter Solomon, ia berhasil membawa Robert Langdon ke Washington dengan maksud memecahkan simbol tempat dimana piramida Mason itu merujuk Kata yang hilang untuknya.
Robert Langdon tidak menyangka kunjungannya ke Washington bukanlah untuk memenuhi undangan ceramah, tapi undangan lain. Undangannya berupa tangan kanan teman sekaligus tutornya, Peter Solomon yang ditaruh begitu saja di Rotunda dengan telunjuk dan jempol mengarah ke atas dan tiga jari lainnya mengepal. Langdon menemukan simbol pada tiap jari Peter, simbol-simbol persaudaran Freemasonry. Peter Solomon adalah seorang Mason derajat ke-33, derajat paling tinggi dalam persaudaraan itu.
Katherine Solomon, adik Peter Solomon dan ilmuwan dalam bidang ilmu Noetic bersama Robert Langdon mengungkap simbol kuno Mason yang ternyata tersebar di seantero Washington.”
The Lost Symbol adalah buku terakhir Dan Brown yang saya baca, dan memang baru rilis September tahun lalu. Mungkin lagi-lagi saya sudah terlalu hafal dengan pola Dan Brown jadi ada beberapa bagian yang mungkin seharusnya “adrenalin” saya terpacu tapi malah biasa saja. Tapi itu hanya di beberapa bagian buku ini. Secara keseluruhan buku ini sangat seru dan mendebarkan. Dan saya suka simbol. Saya suka kode. Makin meningkatkan interest saya dengan buku ini. Selain itu, Freemasonry adalah kelompok persaudaraan yang agak lebih familiar dibanding dengan kelompok persaudaraan manapun yang pernah dibahas Dan Brown, sehingga cerita ini terasa lebih intens. Dengan tebal 700-an halaman anda akan kaget sendiri dengan speed membaca anda yang tiba-tiba meningkat. Ya, membaca buku ini membuat anda terus menerus penasaran sehingga ingin cepat sampai di akhir halaman.

3. DIGITAL FORTRESS

“Bercerita mengenai TRANSLTR, mesin pemecah kode milik NSA. Dengan mesin ini NSA memiliki akses tidak terbatas pada akun-akun pribadi atas nama keamanan nasional. Masalah bermula pada saat direktur NSA, Commander Trevore Strathmore mendapat sebuah kode alogaritma dengan menyadap email Ensei Tankado, mantan pegawai NSA yang tidak memiliki idiologi yang sama dengan NSA. Menurut Tankado, kode ini adalah kode yang tidak terpecahkan. Buktinya, kode ini memang tidak terpecahkan, TRANSLTR yang biasa memecahkan kode dalam hitungan detik tiba-tiba membutuhkan waktu berjam-jam untuk memecahkannya dan masih tidak berhasil.
Hal inilah yang membuat Susan Fletcher, kepala Kryptografi NSA, harus lembur di hari seharusnya ia dan tunangannya David Becker berakhir pekan. Tanpa sepengetahuannya, Strathmore mengirim David ke Seville, Spanyol untuk menemui Tankado dan mengambil kode yang dipercaya terukir di cincinnya. Tapi percuma, karena Ensei Tankado telah mati dan cincin itu menghilang.
Yang menjadi masalah sebenarnya adalah, kode tersebut harus dipecahkan dalam kurun waktu tertentu, jika tidak kode tersebut akan merusak sistem keamanan penyimpanan arsip rahasia Amerika Serikat sampai anak kelas 5 SD akan bisa mengaksesnya. Quote yang saya suka dalam novel ini adalah ‘Quis custodiet ipsos custodes’, siapa yang akan mengawasi pengawas.”
Ini adalah novel Dan Brown yang menurut saya paling romantis. Kode dari David Becker untuk Susan Fletcher, tanpa lilin, atau sin cera atau sincerely muncul lagi dibuku The Lost Symbol (kode ini yang membuat saya berfikir buku ini romantis). Kodenya sungguh tidak terduga dan riset Dan Brown untuk buku ini hebat. Saya ketakutan saat membaca klimaks novel ini, Dan Brown hebat menggambarkan suasana dan membuat pembaca benar-benar merasa berada di area abu-abu NSA dan mengalami sendiri perjalanan David Becker di Spanyol.


2. THE DA VINCI CODE

“Kematian kurator Museum Louvre pecinta dualisme, Jacques Sauniere meninggalkan banyak misteri dan rahasia. Rahasia tentang Holy Grail yang memang jadi incaran banyak kolektor dan sejarahwan merupakan harta dari Priory of Sion yang harus dilindungi Jacques sebagai ketua persaudaraan ini. Robert Langdon dijadikan tersangka utama pada kasus pembunuhan kurator ini. Ia pun menjadi buruan internasional bersama Sophie Neveu, cucu sang kurator sekaligus memecahkan kode-kode Jacques Sauniere mengenai Holy Grail.
Pengejaran itu melewati berbagai macam tempat bersejarah diTambah Gambar Prancis dan kode-kode dalam buku ini sungguh total dalam dualisme-nya.
Keberadaan Opus Dei sebagai sekte katolik yang juga menginginkan Holy Grail itu menambah rumit cerita ini.”
Ini merupakan buku Dan Brown yang paling kontroversial karena menceritakan berbagai entah mitos atau fakta suatu agama. Buku ini membuat saya tidak bisa berhenti membaca, karena campuran rasa penasaran dan –lagi-lagi- ketakutan saat membaca chapter demi chapter. Kode-kode dalam buku ini juga hebat karena dualisme-nya itu. Dan lagi-lagi, benar-benar membuat pembaca merasakan petualangan itu sendiri.
Perhatian dunia terhadap buku ini tercurah dari buku-buku yang menjawab novel ini. Dan Brown dihujat banyak kalangan karena kontroversi yang melibatkan Gereja Katolik Roma. Akurasi riset Brown juga dipertanyakan oleh beberapa kalangan.



1. ANGELS AND DEMONS

“Pembunuhan Leonardo Vettra seorang ilmuwan CERN dan pencurian antimateri (energi alternatif masa depan yang bisa dijadikan senjata pemusnah) menjemput Robert Langdon untuk melakukan petualangan luar biasa. Di dada sang ilmuwan tercetak stempel lambang persaudaraan Illuminati yang menurut Langdon persaudaraan ini sudah tidak ada lagi. Tapi mau tidak mau Langdon harus memercayai keberadaan kelompok ini karena tidak ada orang di luar kelompok ini yang bisa membuat stempel ambigram tersebut dan hanya itu petunjuk untuk melacak keberadaan antimateri .
Langdon dan Vittoria Vettra, anak angkat Leonardo Vettra berangkat ke Vatican, di sana sedang dilaksanakan pemilihan Paus. Empat orang kardinal diculik dan mereka harus menghadapi kenyataan bahwa terdapat hubungan antara penculikan kardinal dengan kematian Leonardo Vettra.
Konflik utama buku ini sebenarnya adalah sinisme Gereja Katolik Roma (dalam hal ini sang kardinal) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dunia.”
Hebat. Dimulai dari kode ambigram, konten cerita, pendeskripsian latar sampai kemahiran Dan Brown dalam menuturkan setiap scene cerita membuatnya patut diberi standing ovation. Saya kembali ketakutan sendiri di kamar saat membaca. Pembaca juga akan kembali dibuat kaget dengan speed membaca mereka.
Ketika baru selesai membaca novel ini, saya sangat penasaran mengenai bagaimana versi film-nya. Saya sangat penasaran mengenai stempel ambigram Illuminati tersebut dan latar-latar tempat dalam novel ini. Tapi menurut teman saya, cerita ini tidak akan mungkin di film-kan karena ceritanya lebih kontroversial daripada The Da Vinci Code (memang lebih kontroversial). Namun ketika film ini keluar, saya memilih untuk tidak menonton, karena ternyata saya takut kecewa dengan filmnya yang mungkin bisa merusak imajinasi.

Brilian dan kontroversial merupakan perpaduan pada novel-novel Dan Brown. Walaupun pola yang diterapkan dalam tiap novelnya memiliki kemiripan namun kelugasannya dalam menceritakan berbagai latar tempat, kemahirannya dalam menghidupkan suasana cerita, konten yang kaya konflik, komplikasi cerita bisa terpadu dalam satu kesatuan utuh. Ditambah kekuatan riset mendalam dan total dari Dan Brown yang membuat pembaca makin mengapresiasi karyanya. Walaupun seringkali akurasi riset Dan Brown dipertanyakan berbagai pihak, tapi walaupun seandainya riset itu tidak akurat tetap saja tidak bisa disangkal bahwa novel Dan Brown memang lebih cerdas dan passionable ketimbang novel thriller biasa.