Jumat, 12 Juni 2009

Have a Nice Day

Setelah membaca postingannya Dijelennon di volgoriancabalsette.blogspot.com (visit), yang berjudul Hava a Nice Day yang bercerita tentang hari buruknya. Oke, kita semua punya hari buruk. Atau, sesuatu yang kita sebut hari buruk. 

Hm.. pengen bilang ke diri sendiri sebenernya “have a nice day”, tapi di postingan ini saya lagi pengen ngeluh. Minggu-minggu ini bener-bener minggu –merasabersalahkalaubersantai-. Yap, UB semester 2. Saya berharap, berharap dan berusaha buat bisa ngejadiin UB ini sebagai pemanasan untuk persiapan menghadapi semester-semester krusial yang udah di depan mata. Jadi, saya udah ambil ancang-ancang jauh-jauh hari sebelumnya. Lebih jauh dari yang biasa saya lakuin. Belajar-belajar-belajar. Dan hasilnya di minggu-minggu dimana semua orang menjadi sangat individualis ini (kesialanmu adalah keberuntunganku [kalau itu tidak terlalu kasar]), yang ada saya malah stress. Well, saya gak tahu si stress itu apa, tapi gejala fisik kayak berat badan menyusut, ‘siklus’ yang kacau, gak bisa tidur nyenyak, heart beat, gampang sakit perut, well… itu namanya stress bukan? (have a nice day! –or week?-)

Diawali dengan diare yang melanda akhir minggu lalu (have a nice week!). Sukses memundurkan acara-belajar-akhir-pekan- yang seharusnya jadi waktu paling efektif untuk belajar sebelum UB. 

Terus yang mengecewakan dan bikin down, udah belajar tetep aja remed (have a nice week!). Minggu ini benar-benar titik gue-tukang-putus-asa-merasa-benar-benar-buruk-dan-ketakutan-akan-masa-depan.

Well… sebenernya dari semua keburukan (atau apa yang gue sebut buruk) itu bukan takdir, itu adalah kesalahan yang masih bisa diperbaiki. (Alhamdulillah)
Dari ‘keburukan’ pertama saya –stres gak jelas beserta akibatnya-. Itu sebenarnya cuma bentuk kompensasi untuk saya karena gak siap UB. Itu adalah harga-yang-harus-saya-bayar- dari sikap apatis saya terhadap urusan sekolah selama ini. Lalu akhirnya kepanikan itu pun melanda dan menyajikan beragam akibat.

Terus, masalah diare itu. Ini pelajaran untuk kita semua. Perhatikan apa saja yang masuk ke perut kamu terlebih kalo itu udah H-7 UB semester 2 (atau H-7 simak-UI, H-7 utul UGM, H-7 kawinan kakak atau H-7 acara penting kalian). Karena disaat diare itu melanda kamu gak akan bisa mikirin konsentrasi. Kamu gak akan bisa mikirin efisiensi mesin Carnot karena yang ada di otak kamu cuma kloset-new diatabs-kloset-neo entrostop-kloset-oralit. Jadi berhentilah makan makanan ‘sintetis’ dan berhenti makan ‘keripik radang tenggorokan’. (fyi, keripik yang sarat akan MSG dan mechin ini selain membuat amandelmu bertambah besar juga bisa menurunkan daya intelegensi).

Dan tentang remed tiada batas itu. Hm, dear, jangan mulai bertingkah kaya 'pengacausistemyangberkuasa' dan antek-anteknya yang cuma fokus pada hasil akhir dan gak peduli sama prosesnya. Terserah lo mau nyontek, ngebet atau usaha keras yang penting hasil akhir lo memuaskan. Kali ini tolong jangan terjebak sistem. Tapi ternyata selama ini saya begitu memikirkan hasil akhir. Makanya selalu baru belajar keras pas udah deket-deket hari H. Padahal kalo yang kita cari cuma sekedar nilai, dengan sedikit pengetahuan tentang hack-mengehack, lo bisa dengan mudah menyabotase nilai-nilai di SAS, abis itu lo bisa tenang-tenang aja walaupun otak lo gak ada isinya. Buat apa kita sekolah kalo kayak gini? Kayak yang saya kutip dari sebuah artikel di kompas "...bahwa pendidikan bukan hanya sekedar masalah manajerial saja-sampai harus disertifikasi dengan ISO- tetapi bagian dari proses kebudayaan guna menumbuhkan kepercayaan dan integritas diri sebagai individu dan warga bangsa negara. Dengan demikian pendidikan akan melahirkan manusia yang memiliki kepercayaan diri tinggi untuk hidup merdeka. "  Jadi mulai sekarang, lupakan belajar kebut semalam kalau ingin pintar. 

Sebenernya hari buruk, nasib buruk or whatever you call it itu gak ada. Itu semua cuma sesuatu yang harus kita tanggung karena kita melakukan kesalahan. Saya percaya dengan pepatah lama ‘apa yang kamu tanam, itu yang kamu petik’ itu bener banget walaupun terdengar klise dan begitu teoritis. Dan mari mencoba untuk tidak mengeluh, di luar sana lebih banyak orang-orang yang hidup lebih susah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar